Kamis, 17 Mei 2012

TUgas IBD 1 (tanah abang)


Tanah Abang  
        Tanah abang merupakan resapan kata dari kata Tenabang dengan definisi atau arti kata dengan sejarah dan latar belakang yang beraneka-macam.  Perubahan jaman memberikan kontribusi dalam perubahan yang terjadi dalam sejarah wilayah yang sangat populer ini.  Tenabang menurut beberapa sumber sejarah berasal dari kata NABANG, sebuah pohon sejenis palm yang banyak tumbuh di daerah yang banyak dikelilingi rawa-rawa.  Orang Belanda menyebutnya DE NABANG yang lambat-laun populer di telinga masyarakat dan entah bagaimana kemudian berevolusi menjadi sebutan TENABANG.   Penamaan atau sebutan wilayah seperti itu memang jamak terjadi dan berlaku juga di wilayah sekitar jakarta, disamping karena mudah diingat juga karena banyaknya perkebunan yang ada di sekitar wilayah itu seperti penyebutan untuk Kebon Kacang, kebon sirih, kebon jahe dan lain sebagainya.

         Kawasan TENABANG itu sendiri awalnya merupakan milik pribadi orang-orang Belanda berupa hutan atau tanah kosong yang kemudian disewa oleh orang China untuk dijadikan wilayah pertanian atau peternakan. Untuk perkebunan mereka biasanya menanam tebu, sirih, jahe, melati, kacang sesuai kebutuhan komoditas yang dibutuhkan saat itu.  Tenabang juga dikenal sebagai kober, sebutan untuk areal pemakaman, karena digunakan juga untuk mengubur jenazah yang mesti diangkut terlebih dahulu dengan sampan melewati rawa sebelum sampai ditanah pekuburan.

        Versi lain berdasar buku “Kampung Tua di Jakarta” yang diterbitkan Dinas Museum dan Sejarah DKI, pemberian nama Tanah Abang diilhami dari kondisi tanah di wilayah tersebut yang berwarna merah.  Abang dalam bahasa jawa berarti merah, yang diberikan oleh pasukan Mataram dari tanah Jawa yang tengah berperang dengan VOC dan membuat basis-basis pertahanan di sekitar wilayah tersebut.

Ini adalah salah satu hasil wawancara ssaya dengan salah seorang pedagang yang berjualan di sekitar tanah abang :

Saya: Permisi pak, kami mendapat tugas dari kampus untuk
wawancara. Boleh kami minta waktu sebentar untuk
mewawancarai bapak ?
Pak Norsal : Oooohhhh, boleh...boleh...silahkan....
Saya: Pak, kalau boleh tau nama bapak siapa ?
Pak Norsal : Nama saya Pak Norsal
Saya : Bapak tinggalnya dimana ?
Pak Norsal : Oh...saya tinggal di Cakung
Saya: Siapa saja yang tinggal dengan bapak ?
Pak Norsal : Saya tinggal sama kakak saya
Saya: Lalu bagaimana dengan istri dan anak bapak ?
Pak Norsal : Anak dan istri saya ada di kampung
Saya: Oh, lalu kampung bapak dimana ?
Pak Norsal : Kampung saya di Padang dek.
Saya :anak bapak berapa?
Pak Norsal : Anak saya ada 4, cucu saya ada 2.
Saya: Ooohhh bapak sudah punya cucu ya! Apakah anak bapak masih ada yang bersekolah ?
Pak Norsal : Oh...masih ada satu yang sekolah di kampung, tetapi sebentar lagi sudah mau selesai.
Saya: Bapak sudah berapa lama berjualan minuman di tempat ini ?
Pak Norsal : Oh... Saya sudah 2 tahun berjualan minuman disini. Dulu saya juga pernah jualan benda – benda pos di sekitar kantor pos, tapi waktu itu saya digusur.
Saya: Loh, kenapa bisa digusur pak?
Pak Norsal : Saya juga kurang tau waktu itu pedagang kaki lima tidak boleh berjualan di sekitar sana.
Saya: Selain itu ada lagi, tidak?
Pak Norsal : Ada, saya juga dulu pernah dagang kain dan menjadi tukang parkir.
Saya: Oh begitu. Kira – kira berapa keuntungan yang bapak dapat dari penjualan minuman ini ?
Pak Norsal : Yah...sekitar Rp 100.000,00.
Saya: Selama berjualan sebagai penjual minuman disini ada pembeli yang pernah mengutang, tidak Pak ?
Pak Norsal : O.. paling ada anak kecil yang suka minta jajan. Kalau yang mengutang sih belum ada.
Saya: Banyak anak sekolah yang suka membeli minuman di tempat bapak, tidak Pak ?
Pak Norsal : Jarang... kalau anak sekolah jarang ada yang beli di sekitar sini.
Saya: Bapak ada teman tidak yang berjualan di sekitar sini juga ?
Pak Norsal: Oh...ada... Sekarang sedang berjualan didalam, tetapi saya tidak dapat tempat di dalam, jadi saya berjualan di luar.
Saya: Sekarang bapak berumur berapa ?
Pak Norsal : Umur saya 60 lebih.
Saya: Pernah tidak Pak, dalam sehari sepi tanpa pembeli ?
Pak Norsal : O.. Kalau itu sih tidak pernah
Saya: Dengan pendapatan Bapak sekarang ini sudah bisa mencukupi kebutuhan keluarga, tidak pak?
Pak Norsal : Cukup...soalnya anak saya sudah besar – besar, jadi bisa memenuhi kebutuhannya sendiri. Tetapi kadang – kadang saya juga mengirim uang kepada anak dan istri dikampung.
Saya: Istri Bapak di kampung kerjanya apa ?
Pak Norsal : Petani, sekaligus buka warung di dekat sekolah.
Saya: Oh ya selain berjualan disini, bapak berjualan dimana lagi?
Pak Norsal : Tidak ada, saya hanya berjualan disini.
Saya: Oooooo iya..iya.. Kira – kira ada tidak keinginan Bapak yang belum terwujud sampai saat ini?
Pak Norsal : Ada sih...
Saya: Kalau boleh tau apa itu pak ?
Pak Norsal : Buka toko dek.
Saya: Ohhh begitu. Ya sudah mudah-mudahan bapak nanti bisa membuka toko sendiri ya pak.
Kayaknya cukup segini saja yah pak,Terima kasih atas waktunya yah pak....
Pak Norsal : Ya, sama sama dek
Saya : Hmmmmm pak, saya mau beli aqua gelas ya pak.
Pak Norsal : iya...iya...
Saya : Terima kasih ya pak
Pak Norsal : Ya, sama sama dek

Ini lah hasil wawancara dengan salah seorang pedagnag kaki lima di sektitar kawasan tanah abang.